Istana Siak Indrapura di Kabupaten Siak Riau


SEJARAH  ISTANA  SIAK  SRI INDRAPURA

Istana ini berdiri pada tahun 1889 semasa kejayaan Raja Sultan Syarif Hasyim ayahanda dari sultan Syarif Kasim sebagai raja terakhir yang  menjadi pahlawan nasional. Istana kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu islam yang terbesar di Riau, yang mencapai masa jayanya pada abad ke-16 sampai abad ke-20. Konon nama Siak berasal dari nama tumbuh-tumbuhan yaitu siak - siak yang banyak terdapat di situ. Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1723 M oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 Kerajaan Johor tersebut direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Di tahun 1724 - 1726 Sultan Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah dimulai dengan memasukkan Rokan ke dalam wilayah Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di Bintan bahkan di tahun 1740 - 1745 menaklukkan beberapa kawasan di Kedah. 
                                                                                                                       
Pada tahun 1761, putra Sultan Abdul Jalil yang menjadi Sultan Siak berikutnya membuat perjanjian eksklusif dengan pihak Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya serta bantuan dalam bidang persenjataan. Pada abad ke-18 Kesultanan Siak telah menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur Sumatera. Tahun 1780 Kesultanan Siak menaklukkan daerah Langkat, dan menjadikan wilayah tersebut dalam pengawasannya,  termasuk wilayah Deli dan Serdang. Jangkauan terjauh pengaruh Kesultanan Siak sampai ke Sambas di Kalimantan Barat. Kesultanan Siak mengambil keuntungan atas pengawasan perdagangan melalui Selat Melaka  dan kemampuan mengendalikan para perompak di kawasan tersebut. Sejak Sultan Syarif Hasyim dinobatkan menjadi raja pada tahun 1889, beliau mulai membangun istana kerajaan dan istana peraduan yang selesai pada tahun 1893. Istana dibangun untuk kepentingan jalannya pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Kerajaan Siak merupakan pecahan dari Kemaharajaan Melayu. Dalam sejarahnya, terjadi perpecahan di Kemaharajaan Melayu antara Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja Kecil) dengan Sultan Suleiman.

Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah mengalami kekalahan dalam konflik tersebut, karena Sultan Suleiman dibantu oleh Bugis. Akibat dari kekalahan itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah kemudian menyingkir ke Johor, kemudian Bintan dan terus ke Bengkalis, hingga akhirnya sampai di pedalaman Sungai Siak, tepatnya di daerah Buantan. Letak Buantan lebih kurang 10 km di hilir kota Siak Sri Indrapura sekarang ini. Karena merasa aman dan tenteram di Buantan, ia kemudian memutuskan untuk menetap, dan oleh rakyat setempat, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah kemudian diangkat sebagai Sultan Siak dengan gelar yang sama ketika ia masih menjadi raja di Kemaharajaan Melayu. Selanjutnya, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah melakukan konsolidasi ekonomi dan militer untuk kembali merebut Kemaharajaan Melayu. Namun, setelah berkali-kali melakukan serangan terhadap pengikut Raja Sulaiman, ia tetap mengalami kegagalan. Ia mangkat pada tahun 1744, dan digantikan oleh putranya, Sultan Mohamad Abdul Jalil Jalaludin Syah. Anaknya ini kemudian memindahkan ibukota ke Mempura. Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889 dibangunlah istana yang megah terletak di kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang dibangun pada tahun 1889. Dan oleh bangsa Eropa menyebutnya sebagai The Sun Palace From East (Istana Matahari Timur). Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Dan masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda.  Setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di Batavia yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim dan baru pada tahun 1915 beliau ditambalkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin dan terakhir terkenal dengan nama Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).

Sejak Sultan Siak pertama, Siak sudah membuka hubungan dagang dengan beberapa negeri luar, seperti Turki, Arab dan Mesir. Disamping itu, Siak juga menjaga hubungan baik dengan negeri tetangga, seperti Minangkabau. Sepanjang berdirinya, Kerajaan Siak tak pernah henti berjuang melawan penjajah Belanda.

Di antara peperangan yang paling terkenal adalah Perang Guntung, di mana Kerajaan Siak berhasil menghancurkan kekuatan perang Belanda. Walaupun pada akhirnya Belanda berhasil menguasai Siak, tapi itu bukanlah hasil kekuatan senjata, tapi hasil dari pecah belah dan tipu muslihat. Selama berdirinya, Kerajaan Siak telah berkali-kali berpindah ibukota, yang pertama di Buantan, Mempura, Senapelan, kemudian pindah lagi ke Mempura, dan terakhir di Kota Tinggi, yang lebih dikenal dengan nama Siak Sri Indrapura. Sultan As-Sayyidi Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin II atau Sultan Syarif Kasim II (lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893) adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak. Dia dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim. Riau di bawah Kesultanan Siak pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Kasim Sani (Sani artinya dua). Ketika Jepang kalah, ikatan Hindia Belanda lepas, Sultan Syarif Kasim menghadapi 3 pilihan: berdiri sendiri sperti dulu?, bergabung dengan Belanda? atau bergabung dengan Republik? Sultan sebagai sosok yang wara' dan keramat melakukan istikharah. Saya kuat menduga Allah memberitahu Sultan Syarif Kasim agar bergabung dengan Republik karena kekayaan Riau yang sangat berlimpah dan berlebihan kalau sekedar dikuasai sendiri. Maka Sultan menentukan pilihan bergabung dengan Republik. Mendukung NKRI. 

BERGABUNG

Sultan menurunkan modal 13 juta Golden (3x nilai kompleks gedung Sate, Bandung), bersama-sama dengan para komisaris lainnya di PT. NKRI (Deli, Asahan Siak, Yogya, Solo, Kutai Kartanegara, Pontianak, Ternate, Tidore, Bali, Sumbawa-daerah-daerah yang termasuk Zelfbestuuren berpemerintahan sendiri pada jaman pendudukan Belanda di nusantara). Bersamaan dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan tak lama kemudian beliau berangkat ke Jawa menemui Bung Karno dan menyatakan bergabung dengan Republik Indonesia sambil menyerahkan Mahkota Kerajaan serta uang sebesar Sepuluh Ribu Golden. Dan sejak itu beliau meninggalkan Siak dan bermukim di Jakarta. Baru pada tahun 1960 kembali ke Siak dan mangkat di Rumbai pada tahun 1968. Beliau tidak meninggalkan keturunan baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.

Pada tahun 1997 Sultan Syarif Kasim II mendapat gelar Kehormatan Kepahlawanan sebagai seorang Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Makam Sultan Syarif Kasim II terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin. Di awal Pemerintahan Republik Indonesia, Kabupaten Siak ini merupakan Wilayah Kewedanan Siak di bawah Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak. Barulah pada tahun 1999 berubah menjadi Kabupaten Siak dengan ibukota nya Siak Sri Indrapura berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999.

SILSILAH KERAJAAN SIAK SRI INDRAPURA

Kerajaan Siak diwariskan kepada anak cucunya dengan garis keturunan berdasarkan Syariat Islam (keturunan ayah). Berikut ini adalah sulthan jang memerintah keradjaan Siak Sri Indrapura :

1. Raja Kecik
Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah (1723-1746 M) dengan ibukota Kerajaan di Buantan mangkat di Buantan yang disebut rakyat almarhum Buantan.

2. Tengku Buang Asmara
Memerintah antara tahun 1746-1765 M yang merupakan Putra Bungsu Raja Kecik dengan ibukota Kerajaan di Sungai Mempura yang disebut rakyat almarhum Mempura.

3. Tengku Ismail
Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah (1765-1766 M). Putra Tengku Buang Asmara dengan Ibukota Kerajaan di Sungai Mempura Besar, disebut rakyat almarhum mangkat di Balai atau terkenal juga Sultan Kudung karena tangan almarhum sebelah nya Kudung, dalam perlawanannya menentang Belanda tahun 1766 M.

4. Tengku Alam
Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (1766-1780 M). Putra sulung Raja Kecik dengan Ibukota Kerajaan di Senapelan (Pekanbaru), mangkat di Senapelan (dekat mesjid Raya Pekanbaru) disebut rakyat almarhum Bukit.

5. Tengku Muhammad Ali Panglima Besar
Sultan Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1780-1782 M). Putra Tengku Alam dengan Ibukota Kerajaan di Senapelan, mangkat di Senapelan dan disebut rakyat almarhum Pekan (yang menghubungkan Kota Pekanbaru, Minangkabau dan Indragiri).

6. Tengku Yahya
Sultan Yahya Abdul Jalil Muzzaffar Syah (1782-1784 M). Putra dari Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin Syah, dengan Ibukota Kerajaan di Sungai Mempura, mangkat di Dungun (Malaka) disebut rakyat almarhum Dungun.

7. Tengku Sayed Ali
Sultan Assyaidis Sarif Ali Abdul Jalil Syarifuddin (1784-1810 M). Putra Tengku Embung Badariah (Putri Tengku Alam) yang kawin dengan Sayed Syarief Usman Syahbuddin (Arab). Ibukota Kerajaan di Kota Tinggi (Siak Sri Indrapura), mangkat di Kota Tinggi disebut rakyat almarhum Kota Tinggi.

8. Tengku Sayed Ibrahim
Sultan Assyaidis Syarief Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin (1810-1815 M) karena kesehatan Sultan terganggu, maka Pemerintahan dijalankan oleh wali Sultan. Pada tahun 1813, Sultan Ibrahim mangkat dan dimakamkan di Kota Tinggi yang disebut rakyat almarhum Pura Kecil.

9. Tengku Sayed Ismail
Sultan Assyaidis Syarief Ismail Abdul Jalil Syarifuddin (1815-1864 M). Pada masa pemerintahan beliaulah adanya Tractat Siak-Belanda dimana Belanda mengakui Siak. Dimakamkan di Kota Tinggi yang disebut almarhum Indrapura.

10. Tengku Panglima Besar Sayed Kasyim I
Tengku Panglima Besar Sayed Kasyim I, Sultan Assyaidis Syarief Kasim I Abdul Jalil Syarifuddin (1864-1889 M) putra dari Sultan Ismail. Dimakamkan di Kota Tinggi dan disebut almarhum Mahkota.

11. Tengku Ngah Sayed Hasyim
Sultan Assyaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syarifuddin (1889-1908), putra dari Sultan Kasyim I. Sultan Syarif Hasyim mendirikan Istana yang diberi nama Istana Asserayah Hasyimiah. Mangkat di Singapura dan dimakamkan di Kota Tinggi. Disebut rakyat almarhum Baginda.

12. Tengku Putra Sayed Kasyim
Sultan Assyaidis Syarief Kasyim Sani (II) Abdul Jalil Syarifuddin (3 Maret 1915-1946). Sultan Syarif Kasyim memiliki 2 orang permaisuri, yaitu :
a. Permaisuri I
Tengku Bin Syarifah Latifah digelar Tengku Agung, mangkat tahun 1927 di Siak Sri Indrapura. Dimakamkan di samping Mesjid Syahbuddin Siak Sri Indrapura.
b. Permaisuri II
Syarifah Fadlun dengan gelar Tengku Maharatu, bercerai hidup tahun 1950 di Jakarta, mangkat di Jakarta tahun 1980 dimakamkan di Jakarta.
Beliau merupakan Sultan yang terakhir dari Kerajaan Siak. Beliau mangkat di Rumah Sakit Caltex Rumbai dan dimakamkan disamping Mesjid Syahbuddin Siak Sri Indrapura pada tanggal 24 April 1968.

KOLEKSI / PENINGGALAN SEJARAH

Di dalam istana tersimpan barang koleksi sisa peninggalan Sultan Syarif Hasim dan barang-barang persembahan semasa Sultan Syarif Kasim II antara lain :

1. Komet
Sejenis gramofon raksasa terbuat dari tembaga dengan piring garis tengah 1 meter dari bahan kuningan (pelat kuningan) dapat mengeluarkan bunyi-bunyian musik klasik karya Beethoven dan Mozart, buatan Jerman.

2. Singgasana
Berupa kursi keemasan yang penuh dengan ukiran yang indah dari bahan kuningan berbalut dengan emas (yang pernah hilang dan di konservasi kembali oleh Museum Nasional Jakarta).

3. Payung kerajaan
Berlambang naga berjuang dan kalimat Allah serta tulisan Muhammad bertangkup dari kain sutera kuning keemasan.

4. Senjata Kerajaan Melayu
Tombak, keris, meriam, serta alat nobat, cermin mustika, kursi-kursi, lampu-lampu kristal beratnya 1 ton, barang-barang keramik dari Cina dan Eropa, diorama, patung perunggu Ratu Belanda Helmina dan patung pualam Sultan bermata berlian, benda-benda upacara lain, serta piring-piring, cangkir, gelas, sendok bermerek lambang kerajaan.

5. Bendera Kerajaan Siak,
Berwarna kuning keemasan, di tengah terdapat lambang kerajaan bermotif kepala naga berjuang dan di atasnya terdapat kalimat Allah serta kaligrafi Muhammad bertangkup.

6. Replika Mahkota Kerajaan Siak
Dibuat semasa pemerintahan Sultan Siak X, Assyaidis Syarif Kasim Syaifuddin (Syarif Kasim I). Replika mahkota ini berbalut emas dan bertaburkan permata, sedangkan yang asli terdapat di Museum Nasional Jakarta.   
                                           
7. Tempat Pembakar (Setanggi)
Merupakan wewangian yang berasal dari ramuan tumbuh-tumbuhan, dengan membakar setanggi akan keluar aroma yang wangi dan ketika itu berfungsi sebagai pengharum ruangan istana.

8. Canang
Berbentuk guci terletak di ujung ruangan jamuan istana, bila dipukul canang ini mengeluarkan bunyi gaung, digunakan oleh Sultan untuk memanggil pelayan istana.

9.Gendang nobat
Gendang yang di bunyikan pada penobatan sultan kerajaan sejak tahun pertama yaitu tahun 1723 baju gendang ini berwarna kuning yang bias dengan anti bila sudah di pakai beberapa hari.

10. Lambang Kerajaan Siak
Muhammad bertangkup nama nya lambang kerajaan Siak sri indrapura ,berwarna emas di sisi kiri serta kanan ada lambang naga yang di tengah-tengah nya merupakan lambang dan kota Siak sri indrapura.

11.Patung Raja dan prajuritnya
Patung ini di ibarat kan sebagai pada zaman sultan – sultan tersebut mengadakan musyawarah bersama prajurit dan penasehat-penasehat kerajaan 

12. Foto Raja Sultan Syarif Hassim (sultan siak ke XI)
Foto Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Saifudin (Sultan Siak II bersama sultan dan daerah Langkat, dimana patung tersebut berwarna putih cemerlang dan dilapisi oleh kaca.

13. Patung Sultan Syarif Hasyim
Patung sultan ini adalah buatan dari Negara jerman yang di buat dari batu pualam pada tahun 1899, patung ini mirip sekali dengan aslinya

14. Kain sampul Gendang Nobat
Kain ini sebagai ganti kain (baju gendang nobat),yang berwarna kuning

15.Pecah Belah
Barang pecah belah ini terbuat dari kristal, yang dulu belum pecah, sekarang telah terpecah –pecah , pecah belah ini dulu berupa lampu hias yang di gantung, atas langit- langit kerajaan.

16. Gelas atau Seloka
Terbuat dari kristal-kristal yang merupakan pesanan dari eropa pada tahun 1889- gelas ini dulu digunakan untuk minum para raja dan sultan sultan ,serta semua orang yang berada di istana siak pada zaman dahulu.

17. Al-Quran
Alquran ini berasal dari Negara Istambul dari tahun 1730 dari turki. Al-quran ini bentuknya berbeda dengan alquran yang sering kita pakai itu atau kita gunakan.

18. Gerampon
Merupakan alat musik yang terbuat dari piring hitam dan bertingkat tingkat, dan di atasnya terdapat alat mirip terompet.

17. Meja dan Kursi beserta Mahkota
Seperangkat meja dan kursi terbuat dari kristal sebangsa tempat jamuan dan menerima putri – putri kerajaan Siak sri indrapura, sedangkan mahkota ini merupakan mahkota raja yang di pakai masa pemerintahan.

19. Cermin
Cermin ini terbuat dari kristal, merupakan cermin permai suri, dulu kata orang siapa yang berkaca di cermin ini muka nya akan menjadi awet muda. Cermin permaisuri yang terbuat dari kristal.

20. Teko
Teko alat ceret kristal yang di gunakan untuk tempat air putih, teko ini di gunakan pada saat acara perjamuan dan makan malam.

21. Kelalang
Tempat air yang terbuat dari bahan- bahan kristal , air yang di letakkan di dalam kelalang tersebut adalah air bunga mawar.

22. Bintan dan Penghargaan
Merupakan bintang dan penghargaan pahlawan nasional sultan Syarif kasyim dari presiden republik Indonesia.

23. Bunga
Bunga kerajaan ini merupakan hasil kerajinan tenaga putra putri yang berada di kerajaan Siak pada tahun 1920.Beberapa koleksi benda antik Istana, kini disimpan di Museum Nasional di Jakarta, dan di Istananya sendiri menyimpan duplikat dari koleksi tersebut.

24. Foto
Foto ini merupakan foto raja Sultan Sayrif Kasim (sultan Siak XII) dan permai suri nya, yaitu Tengku Agung Sultana Latifah pada waktu pernikahan.

25. Cenderamata
Cenderamata ini merupakan bahan-bahan dari eropa dan merupakan cenderamata dari Negara eropa.

26. Lampu Hiasan
Lampu ini dari dulu memang sudah di gantung di atas langit-langit lampu ini sangat terang bila malam hari.

27. Baju
Baju kebesaran raja atau sultan yang menjabat pada waktu itu mengunakan baju ini berwarna hitam ,kancing nya berwarna kuning emas.

Diantara koleksi benda antik itu adalah: Keramik dari Cina, Eropa, Kursi - kursi kristal yang dibuat tahun 1896, Patung perunggu Ratu Wihemina yang merupakan hadiah dari Kerajaan Belanda dan patung pualam Sultan Syarim Hasim I bermata berlian yang dibuat pada tahun 1889, perkakas seperti sendok, piring, gelas dan cangkir berlambang-kan Kerajaan Siak masih terdapat dalam Istana,  surat -surat ucapan dan selamat beserta doa restu yang dibuat hamba rakyat dan semua sultan dan lemari besi berisikan arsip-arsip peninggalan kerajaan ini yang sekarang hanya tersisa beberapa arsip saja. Siak Sri Indrapura sampai sekarang tetap diabadikan sebagai nama ibu kota dari Kabupaten Siak dan Istana Siak Sri Indrapura dan Balai Kerapatan Tinggi yang dibangun tahun 1886 masih tegak berdiri sebagai simbol kejayaan masa silam, termasuk Tari Zapin dan Tari Olang-olang yang pernah mendapat kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk ditampilkan pada setiap perayaan di Kesultanan Siak Sri Inderapura. Nama Siak masih melekat merujuk kepada nama sebuah sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu Sungai Siak yang bermuara pada kawasan timur pulau Sumatera. Peninggalan kerajaan berupa komplek Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama Istana Asserayyah Al Hasyimiah. Istana Asserayyah Al Hasyimiah ini disebut juga "Istana Matahari Timur" dikerjakan oleh arsitek dari Jerman yang mengadopsi gaya arsitektur Eropa, India dan Arab dengan perpaduan tradisional.


Bagi Anda yang ingin wisata ke Istana Siak Sri Indrapura, dapat menghubungi kami:

0853 5559 7225

Postingan populer dari blog ini

Bacaan Takhtim, Tahlil dan Do'a

Jual Bibit Tanaman Pekanbaru Riau

Wangsa Transport: Jasa Angkutan Barang Dalam dan Luar Kota Pekanbaru Riau Indonesia